Sabtu, 10 Januari 2015

Tentang senja

Diantara siang dan malam ada senja sebagai batasan. Pertanda terang agar segera meredupkan sinarnya, pengingat malam untuk segera membentangkan gelapnya. Senja jingga mampu menenangkan rasa, mengiringi jiwa meninggalkan teriknya siang dan perlahan memasuki gegap gempita malam. Sayang, jingga itu hanya sekejap datang. Hangatnya seketika hilang, sinarnya hanya selintas terang. Tugasnya sebagai batasan membuat dirinya sendiri terbatas, ingin lebih lama menemani tapi daya tak mampu penuhi, ingin hangatnya terasa sepanjang masa tapi energinya hanya sebatas asa.

Senja selalu menerima walau kehadirannya hanya dipandang sebelah mata, manusia terlalu lelah untuk menikmati senja, waktu terlalu sibuk menyiapkan malam tak peduli akan senja, dan aku selalu mengingat senja saat dirinya sudah tiada. Hanya segelintir saja yang bersedia menikmati senja, selebihnya hanya menganggapnya sebagai pertanda. Bersabarlah senja, walau hanya sebatas jingga cahayamu penuh makna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar