Rabu, 12 Maret 2014

Kesalahan Fatal

Dan akhirnya bom waktu itupun meledak. Sesuatu yang selalu aku khawatirkan akhirnya terjadi. Ini salah ku, kelemahan ku, kekurangan ku, sakit ku yang tak kunjung sembuh. Disaat aku sudah menemukan sosok yang maha aku inginkan yang bisa memahami ku dan tau bagaimana menanggapi ku malah aku sia sia kan dan tak aku pedulikan ucapannya. Bukan, bukan aku tidak peduli jujur aku sudah berusaha dan aku pun sejujurnya ingin berubah namun entah semua terasa sulit. Seperti kutukan, aku semakin tenggelam dalam sakit ku yang tak kunjung hilang.
Entah aku tak tahu letak salahnya dimana, aku tak mau menyalahkan orang lain walaupun kadang aku merasa tak sedikit dari mereka yang tak pernah mengerti apa yang aku ucapkan, aku hanya bisa menyalahi diri sendiri yang sejak kecil tak pernah berani mengungkap apa yang aku mau, apa yang aku rasakan dan apa yang aku alami.  Aku ingin berubah, seringkali batin ini bergejolak ingin mengatakan apa yang aku inginkan, apa yang aku rasakan apa yang ingin aku ungkapkan namun ketika sudah sampai di kerongkongan semua seakan menghilang, semua seakan tertelan kembali masuk ke hati, di dukung oleh lidah ku yang kelu tak bisa berkata karena terkunci. Aku tidak tahu, sungguh aku belum mengerti kenapa itu bisa terjadi. Yang aku tahu aku ini tidak berani. Hanya karena itukah ? Sungguh dahsyat sekali jika hanya kata 'berani' semua bisa terjadi.
Apa aku sakit ? Adakah penyakit yang bisa membuat pengidapnya tak bisa terbuka ? Kalau memang ada, aku hanya berharap penyakit itu ada obatnya. Aku ingin sembuh. Aku ingin berubah. Aku tidak ingin satu tahun sepuluh tahun atau dua puluh tahun nanti aku merasakan sakit yang sama hanya karena diam yang menjadi kebodohan ku selama ini. Ada yang bilang, manusia diciptakan berbeda beda tapi ada pula yang bilang kepribadian seseorang itu dibentuk dan bukan berupa kutuk. Lantas apa ini salah dari awal ? Salah lingkungan atau pergaulan ? Ah terlalu berdosa rasanya jika aku harus menyalahkan hal lain karena sudah jelas kesalahan yang pasti itu berasal dari diriku yang tak kunjung berani..
Ya Allah, aku tak mau memilih lagi. Kiranya aku tak akan sanggup untuk menyeleksi kembali. Semua akan tetap terjadi jika aku tetap seperti ini. Aku ingin berubah. Sungguh aku ingin berubah. Dia telah menyadarkan ku akan banyak hal, dia pula yang membangunkan tidur lelap ku saat penantian. Selama ini hanya dia yang bisa aku percaya, yang selalu aku benarkan ucapannya, yang bisa mengerti segala keanehan yang aku punya. Menurut dia, dirinya sendiri bukan orang baik yang pantas aku harapkan tapi aku tau segala maksudnya itu baik untuk aku kelak. Aku butuh dia, bukan orang lain. Ini terdengar memaksa tapi ini yang aku rasa. Jujur ya Rabb, aku terlanjur cinta padanya. Dan aku berharap ini bukan lagi kekeliruan yang akan menambah daftar kesalahan hidup ku.
Tolong bantu aku menjelaskan padanya, aku sudah tak mampu berkata. Iman ku yang terlalu percaya terhadap tulisan daripada ucapan menuntun ku menulis semua ini Semoga kamu bisa mengerti. Aku sadar aku salah, aku paham betul ucapan mu tentang sikap ku yang diam selama ini tak ada yang keliru. Semua benar, ini bukan karena aku menyayangi mu lantas aku selalu mempercayai mu. Tapi memang kenyataannya mayoritas yang kamu katakan pada ku itu selalu benar adanya. Kamu tentu tidak memantrai ku bukan ? Karena hanya dengan pesona mu cukup membuat aku luluh. Ini fakta dan aku bukti hidupnya karena aku yang mengalaminya. Aku sudah berusaha, sedikit demi sedikit aku mulai berubah namun sayangnya perubahan itu tak terasa oleh mu. Berani ku baru sedikit untuk mengusahakan semuanya, seperti yang tadi aku katakan kerongkongan ini seakan tercekat setiap aku mulai untuk bicara. Maaf kan aku, usaha ku belum terasa apalagi terlihat oleh mu. Kenyataannya kamu bilang aku masih seperti dulu, hanya membisu. Aku pasrah. Sungguh aku berharap kamu bisa terus menuntun ku untuk berubah, walaupun kamu bilang aku tak pantas berharap padamu. Aku katakan untuk kesekian kalinya, lemas hati ini jika harus memilih lagi. Hati ini telah memilih mu dan aku berharap hati ku pun sudah terpilih oleh mu. Maaf jika aku berharap banyak, bahkan aku sudah lupa kapan terakhir aku berharap sebanyak ini pada seseorang. Bantu aku cinta, bimbing aku untuk berubah. Maaf aku selalu meminta tanpa pernah aku paham apa mau mu. Aku terlanjur jatuh dan aku menyayangi mu.

Ditulis dengan tangan yang gemetar dan diiringi isak tangis suara parau.
Tertulis untuk dirimu yang selalu sabar menghadapi ku, untuk hati mu yang selalu aku rindu.
Teriring rasa terima kasih ku untuk dirimu yang telah menyadarkan ku.
Aku mencintaimu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar